Keterangan foto:
Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat SBY
Jakarta; kacatulisan.com | POLITISI Partai Demokrat Tommy Rusihan Arief mengaku, dirinya telah mengenal Ketua Majelis Tinggi Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY sejak 22 tahun silam.
Kata Tommy, SBY sangat cerdas, tegas, santun dan terlihat pengayom atau ngemong bagi sahabat. Namun, lanjutnya, SBY dengan gampang bisa meninggalkan kawan dalam hitungan jam.
“Sebagai kader yang sudah berada di samping SBY sejak Partai Demokrat berdiri 22 tahun lalu, saya sangat mengenal karakter pak SBY. Ia orang yang cerdas, tegas, santun dan setia kawan. Itu sebabnya SBY dan Demokrat bisa berjaya di pentas politik nasional,” ujarnya, Minggu, 24 September 2023.
Ketua umum Barisan Setia Demokrat (BSD) ini menduga, disinyalir, semua karakter hebat SBY itu saat ini sudah pudar. Tergerus oleh perjalanan waktu.
“Setidaknya itu yang secara pribadi saya rasakan hari ini. Yang bisa saya lihat saat ini, begitu dominannya perilaku elitis di internal partai,” tegasnya.
SBY, menurut Tommy, saat ini lebih senang menerima pujian. Meskipun itu adalah pujian palsu, bahkan mungkin saja jebakan.
“Semuanya sepertinya merasa lebih hebat dari yang lain. Ironisnya, sikap-sikap seperti itu justru makin terpantau marak di tengah ancaman keterpurukan,” ucapnya.
Ia menjelaskan, dirinya bersama kader lain yang telah berjuang diakar rumput merasa prihatin dengan kondisi internal partai Demokrat saat ini..
“Saya dan teman-teman kader lainnya yang merasakan perjuangan di akar rumput, merasa sangat prihatin. Kondisi ini makin menyebabkan rapuhnya lini pertahanan. Tidak kreatifnya lini tengah dan lemahnya penyelesaian akhir. Akibatnya, semua orang bisa melihat, bagaimana dengan mudahnya Demokrat kebobolan di menit-menit akhir.
Semua terkejut. Tapi sudah terlambat. Peluit waktu sudah dibunyikan.
Akhirnya, pil pahit yang bukan obat pun harus tertelan,” urainya.
Mantan Direktur Media Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) ini bertanya, kemana hilangnya rasa kesetiakawanan SBY yang dulu membuat Demokrat begitu perkasa..?
“Lalu pertanyaan yang muncul di lubuk hati saya, kemana perginya kecerdasan, ketegasan dan kesantunan SBY..?
Kemana hilangnya rasa kesetiakawanan SBY yang dulu membuat PD begitu perkasa?,” ujar Tommy.
Kemana pula, perginya semua kehebatan SBY itu hari ini? Sehingga masyarakat bisa melihat, betapa mudahnya partai sekelas Demokrat dipermainkan di simpang jalan.
“Kental terasa, sangat gampang meninggalkan seribu kawan dalam hitungan jam. Tapi begitu sulitnya mencari satu loyalis dalam hitungan minggu. Dalam politik, satu musuh adalah terlalu banyak dan terlalu sedikit punya seribu kawan,” ungkapnya.
Masih menurut Tommy, semua orang tahu, politik adalah seni memperbanyak kawan. Bukan seni meninggalkan kawan seiring seperjuangan. Dari perspektif apapun, sangat sulit untuk mencari kawan sehati sepenanggungan, dengan perilaku elitis. Selalu merasa lebih tinggi dari orang lain di tangga menurun.
“Akibatnya mudah ditebak. Terjadi disharmoni pergerakan arus di internal partai. Terjadi gejolak di arus bawah.
Arus atas dan arus bawah menjadi seperti bersimpang jalan,” ujarnya.
Dijelaskan Tommy, saat ini, arus atas elit partai Demokrat selalu merasa paling benar, Paling hebat dan paling benar. Merasa seperti kehilangan atribut elitnya, jika mendapat kritik. Meskipun kritik membangun itu datangnya dari para simpatisan pejuang kultural partai di akar rumput.
“Arus bawah makin kebingungan. Sehingga tidak sedikit yang lantas mengikuti arus air sesuai kebenaran pikiran dan hati nurani masing-masing. Partai Demokrat dan SBY, adalah simbol ironi sebuah tapak jejak,” demikian Tommy Rusihan Arief.
Vina Astalina
Tidak ada komentar