Tradisi Warga Banua Martapura Melaksanakan Kegiatan Haul Abah Guru

waktu baca 3 menit
Senin, 30 Jan 2023 16:09 0 155 ktulis admin

Foto Istimewa Abah Guru Sekumpul

Kacatulisan.com – Martapura// Mengobati rasa rindu kebersamaan para jamaah dan relawan pengamanan pada hari puncak Haul Abah Guru Sekumpul ke-18 tahun 2023 telah terobati setelah beberapa tahun lalu sempat ditiadakan karena situasi pandemi, pada tahun ini pihak langgar Ar-Raudah melaksanakan kegiatan haul seperti di tahun-tahun sebelumnya diumumkan secara terbuka untuk umum yang dihadiri jutaan jama’ah dari berbagai penjuru daerah di Kalimantan dan bahkan dari luar pulau akan memadati pusat kegiatan di wilayah Sekumpul, kota Martapura, Kalimantan Selatan, “Minggu (29/01/2023).

KH. Muhammad Zaini bin Abdul Ghani atau dikenal Abah Guru Sekumpul memang sosok yang memiliki daya tarik tersendiri, baik saat beliau masih hidup maupun setelah wafatnya. Bukan karena pesona luarnya yang dipamerkan dan pakaian yang dikenakan, tetapi karena pengabdian tulus beliau membina keberagamaan umat Islam.

Kiprah beliau dalam berdakwah dengan semangat kasih sayang tanpa merendahkan orang lain membuat kaum muslimin merasa kehilangan seorang figur guru sekaligus abah (ayah). Karena itu, rasa rindu pada sosok Abah Guru membuat jutaan jama’ah rela menyisihkan waktu dan meninggalkan aktivitas mereka untuk pergi dari kampung-kampung mereka dan mengikuti peringatan wafat beliau di kota Martapura, cerita H. Marli, SH, MH.

Lebih lanjut, Bendahara Umum Perkumpulan Pengacara dan Penasehat Hukum Indonesia (P3HI) ini bercerita, Marli sebagai tuan rumah yang juga menyiapkan tempat untuk kegiatan Haul Abah Guru Sekumpul, dengan waktu singkat sudah mempersiapkan diri menyambut tamu-tamu Abah Guru. Jalan-jalan dan gang-gang dihias dengan bendera dan umbul-umbul lengkap dengan spanduk bertuliskan “Kami warga jalan …. mengucapkan selamat datang jama’ah Haul Abah Guru Sekumpul”. Jika berkeliling kota Martapura di malam hari, kita akan menyaksikan kelap-kelip lampu hias menerangi jalanan, “tuturnya.

Hampir di setiap persimpangan dan setiap sudut kota akan dijumpai posko relawan pengamanan. Setiap posko dihuni oleh warga-warga sipil yang nantinya bertugas menertibkan arus lalu lintas, mulai dari saat kedatangan jutaan jama’ah Haul hingga kepulangan mereka sampai kota terasa sepi kembali. Posko-posko relawan pengamanan juga menyiapkan jasa tambal ban dan perbaikan kendaraan serta angkutan buat para jamaah dan banyak lagi jasa lainnya sehingga membuat para jamaah serasa terlayani oleh tuan rumah.

Fasilitas konsumsi dan akomodasi tentunya menjadi bagian penting dalam melayani jama’ah. Masjid, surau, pertokoan, perkantoran dan bahkan rumah-rumah pribadi disulap menjadi penginapan bagi para jama’ah selama pelaksanaan Haul. Layanan makan harian dan cemilan juga disediakan oleh pengurus masjid atau pemilik rumah penuh ketulusan untuk melayani para jamaah, “ungkapnya.

Konsumsi untuk para jama’ah tak hanya disajikan di penginapan-penginapan, tetapi juga di jalan-jalan dan seputar pusat pelaksanaan Haul. Sejak masa kedatangan hingga kepulangan jama’ah, penduduk kota Martapura dengan senang hati membagi-bagikan makanan, minuman dan cemilan bagi para jama’ah hampir di setiap sudut kota dan bahkan disepanjang jalan lintasan menuju haul. Sebagian penduduk bahkan mendirikan dapur-dapur umum agar makanan yang disajikan kepada para jama’ah adalah makanan yang berkualitas, “katanya.

Yang menarik adalah bahwa semua layanan buat para jama’ah Haul itu diberikan secara gratis tanpa memungut biaya sepeser pun! Para petugas posko tidak menarik biaya pengamanan dan biaya parkir, meski mereka tak menolak jika diberi imbalan. Pengurus masjid dan surau serta pemilik rumah penginapan juga menyajikan tempat menginap dan konsumsi secara cuma-cuma. Apalagi mereka yang secara suka rela membagi-bagikan makanan di seputaran kota.

Lebih menarik lagi, tugas melayani para jama’ah Haul itu bukanlah instruksi dari pemerintah setempat atau dari keluarga Abah Guru sebagai penyelenggara Haul. Semua layanan tak berbayar itu inisiatif warga kota Martapura yang kini menjadi tradisi dan dilakukan secara sukarela tanpa paksaan atau perintah dari pihak manapun. Bagi mereka, melayani para jama’ah Haul Abah Guru Sekumpul adalah tugas suci, “tutupnya.

Penulis: Fauzi Rahman

Editor: Fathur Rahaman

ktulis admin

Redaksi media online kacatulisan.com

Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

LAINNYA